Ringkasan Khotbah Ibadah Minggu 11 November 2018

PERSEMBAHAN YANG TIDAK DIDASARKAN PADA KEMUNAFIKAN

Bacaan :
1 Raja-Raja 17:8-16
Mazmur 186
Ibrani 9:24-28
Markus 12:38-44

Pengkhotbah : Pdt. Helen Ruth Manurung

(Diringkas oleh William Tanujaya)

Di dalam hal persembahan, GKI memahami persembahan tidak sebatas materi atau uang. Persembahan adalah keseluruhan hidup kita yang diberikan kepada Tuhan. Hal tersebut meliputi waktu, pikiran, tenaga, talenta dan juga termasuk materi juga. Jadi persembahan berupa materi atau uang hanya salah satu persembahan kita.

Mereka yang melayani sebagai pemusik gereja, mereka yang datang doa pagi untuk mendoakan jemaat dan mereka yang datang dalam persekutuan dan menciptakan suasana yang penuh di kasih juga adalah suatu bentuk persembahan bagi Tuhan.

Saat ini kita mau melihat hubungan antara sikap iman kita dengan persembahan. Dalam bacaan kita hari ini, Tuhan menegur para ahli Taurat. Para ahli Taurat adalah mereka yang bertugas untuk menjelaskan Firman Allah dalam Perjanjian Lama kepada umat Allah. Namun sebagian dari Ahli Taurat tidak menjalankan perannya dengan baik. Mereka justru memanfaatkan posisi mereka untuk mencari hormat, penghargaan dan keuntungan sendiri.

Karena ahli Taurat dianggap sebagai orang yang dekat dengan Allah dan memahami Kitab Suci, mereka memperoleh perlakuan istimewa dalam ibadah maupun di masyarakat. Akhirnya beberapa di antara mereka terjebak untuk mengingini kehormatan berlebihan. Ahli Taurat sebenarnya tidak menerima bayaran saat menjelaskan kitab Suci. Mereka bergantung pada derma umat. Namun dalam bacaan kita hari ini, kita melihat para ahli Taurat memanfaatkan jabatannya untuk menindas umat. Bahkan mereka sampai hati untuk menelan rumah janda-janda. Mereka mengelabui umat Allah dengan doa-doa yang panjang.

Para Ahli Taurat mencari penghargaan berlebihan dan mencari keuntungan sendiri. Hal inilah yang ditegur Yesus karena menunjukkan kemunafikan. Yesus memberikan teguran di depan murid-muridNya, supaya para murid-murid dan pengikutnya tidak menjadi orang yang munafik.

Kontras sekali dengan ahli Taurat, Yesus memuji seorang janda miskin yang memberikan persembahan. Disebut janda miskin kemungkinan tampak dari baju yang dipakainya dan juga dari persembahannya yang sangat sedikit yaitu 2 peser. Yesus melihat janda miskin ini memberi seluruh nafkahnya. Janda miskin ini memberikan persembahan tanpa berharap akan penghormatan dan penghargaan orang lain. Dan tindakan janda miskin ini menunjukkan adanya iman janda miskin kepada Allah. Janda miskin ini yakin akan pemeliharaan Allah.

Kita juga bisa belajar bahwa nominal persembahan bukan masalah utamanya. Tetapi motivasi dalam memberikan persembahan adalah hal yang penting. Memberi persembahan merupakan wujud sikap iman kita kepada Allah. Namun kita juga jangan sampai terjebak karena kita memberikan persembahan hanya karena sekedar formalitas. Yang lain memberikan persembahan, maka kita memberikan persembahan. Kita harus hati-hati dalam memberikan persembahan.

Berikanlah yang terbaik untuk Allah. Jangan kita memberikan sisa-sia uang kita kepada Tuhan. Ada baiknya kita belajar untuk merencanakan dan menyisihkan penghasilan kita untuk kita berikan kepada Allah. Karena ini adalah persembahan untuk Allah sebagai ucapan syukur kita, maka kita harus memberi persembahan. Di GKI Salatiga, disediakan amplop persembahan. Tujuannya adalah untuk membantu umat Tuhan di sini untuk mempersiapkan persembahan. Jadi kita bisa memberikan persembahan dengan terencana.

Dan hal tersebut tidak berlaku dalam hal uang persembahan saja. Tetapi juga dalam pemanfaatan talenta lainnya. Bisa berupa waktu, ide, tenaga dan pikiran dalam pelayanan yang kita bisa lakukan. Seperti yang dilakukan oleh Janda di Sarfat dalam bacaan kita hari ini. Janda di Sarfat tidak memiliki apa-apa kecuali makanan terakhir yang akan dimakan oleh Si Janda dan anaknya. Namun ketika diminta oleh Elia, Janda tersebut memberikan roti terakhirnya bagi Allah. Ketika Janda tersebut percaya dan taat, Allah memberkati Janda di Sarfat dengan pemeliharaannya. Janda ini memberikan dengan tulus dan memberi dari segala kekurangannya. Janda ini melakukan tindakan iman.

Ada sebuah kalimat yang bagus :
“Jangan tunggu kaya dulu baru berbagi”
Kalimat ini terbukti benar dalam bacaan kita hari ini. Baik janda miskin dan janda di Sarfat memberikan dari kekurangannya.

Dalam memberi kita harus melakukannya sebagai ucapan syukur. Kita memberi bukan untuk mendapat penghargaan namun dengan penuh ketulusan. Segala persembahan kita berikan untuk kemuliaan Tuhan.

Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.