“Tidak Ada Pernikahan Yang Salah, Yang Salah Adalah Cara Memulainya”

 

“Setiap pribadi mempunyai waktu dan seseorang yang paling tepat” ini adalah statement yang diberikan oleh pasangan yang sudah menikah selama 29 tahun ini, Daniel Agus Setianto dan Jovita Sulaiman. Hari sabtu, tanggal 19 Oktober 2019, pasangan ini menjadi pembicara pada salah satu kegiatan rangkaian bulan keluarga di GKI Salatiga, yaitu talkshow dengan tema “Tidak ada pernikahan yang salah, yang salah adalah cara memulainya.”

Salah satu pertanyaan yang dilanturkan oleh pak Agus dan bu Vita adalah, “Bagaimana cara menemukan pasangan hidup dan cara memasuki pernikahan yang dikehendaki Allah?” Dan berikut adalah beberapa penjelasan yang diberikan oleh kedua narasumber tersebut;

1. Dalam Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” sebelum berkomitmen untuk mencari pasangan hidup, kita terlebih dahulu harus mencari kerajaan Allah dan kebenarannya. Karena dalam kehidupan setiap orang ada dua keputusan yang sangat penting. Pertama memutuskan menerima Yesus Krsitus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Kedua, memilih pasangan hidup. Maka dari itu, seharusnya kita mencari dahulu Kerajaan Allah sebelum mencari pasangan hidup.
2. Sebagai pribadi yang hendak berkomitmen untuk mencari pasangan hidup kita seharusnya mempunya kriteria yang rasional untuk didoakan.
3. Ketika kita mendoakan kriteria tersebut, kita tidak boleh memaksa. Kita boleh membuat list kriteria yang ideal tetapi kita harus mendoakan dengan tekun dan tetap mengandalkan serta ikut kehendak Tuhan.
4. Setelah kita menemukan sesorang yang sepadan, kita harus menjalankan ‘healthy relationship’ (pacaran yang sehat)
5. Selama kita pacaran, itu adalah waktu yang terbaik untuk menggali dan mengenali kelemahan pacar kita. Dan setelah kita menikah, kita harus menutup rapat rapat kelemahan suami/istri kita.
6. Ketika hendak memasuki kehidupan pernikahan, kita tidak boleh disetir oleh status sosial, materialisme, ataupun faktor umur. Karena, pernikahan yang dikehendaki Tuhan bukan hanya mementingkan persoalan tentang status sosial ataupun persoalan finansial atau bahkan karena umur sudah tua atau dituntut menikah oleh sosial.
7. Setelah kita menikah, sebagai pasangan yang telah diberkati oleh Allah, kita harus menjadi pribadi yang baru sebagai pasangan suami istri dan terus bertumbuh serta berbuah di dalam Kristus.

Dalam Kejadian 2:24 Tuhan berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Ayat ini menjadi salah satu prinsip pasangan suami istri, yaitu; mereka harus memutus emosi dan tali pusar dengan orangtuanya untuk bertumbuh dewasa dengan pasangannya. Tetapi, perintah ini jangan disalah artikan sebagai satu tindakan kurangajar terhadap orangtua kita, melainkan ini adalah salah satu langkah agar setiap pribadi yang memasuki pernikahan tidak meniru pola rumah tangga yang dibangun oleh orangtuanya, melainkan kita boleh dimampukan untuk membangun pola baru dalam kehidupan rumah tangga kita sendiri.

Tuhan tidak pernah salah menempatkan seseorang di sampingmu, Tuhan mempunyai waktuNya yang tepat dan seseorang yang paling tepat untuk menjadi pasangan hidupmu, asal kita tetap mau terkoneksi erat dengan Tuhan, percaya padaNya, dan setia memelihara hidup kudus. (WKP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.