Refleksi 27-10-19 (Penutupan Bulan Keluarga)

Menutup bulan keluarga ini GKI Salatiga mengambil sebuah tema berjudul “Allah Sumber Kekuatan Keluarga” yang dibawakan oleh Pdt. Em. Iman Santoso di ibadah pertama dan kedua, serta oleh Pdt. Helen Ruth Manurung pada ibadah ketiga. Kotbah diambil dari kitab Lukas 18:9-14 tentang seorang Farisi dan seorang pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya pernah mengalami kekeringan dalam kehidupan rohani yang membuat saya sulit menghadapi hari-hari depan yang tidak pasti. Saya pernah berhenti pergi ke gereja, setidaknya hampir sebulan lamanya dan seolah-olah dunia jauh lebih menarik. Namun itu tidak membuat saya merasa bahagia, hubungan dengan keluarga juga terasa semakin rumit. Saya merasa tidak layak untuk datang ke Gereja, sama seperti si pemungut cukai yang bahkan tidak berani masuk lebih dalam ke dalam Bait Allah untuk berdoa. Tetapi hati saya berteriak rindu untuk berjumpa dengan pribadi Tuhan. Meski saya tahu banyak orang tidak suka pada saya, tetapi saya tidak punya pilihan lain selain datang ke Bait Allah.

Sama halnya dengan bani Korah yang menulis Mazmur 84:1-13, meski bani Korah berasal dari latar belakang keluarga pemberontak pada zaman Musa, namun keturunan yang tersisa itu berharap bahwa Tuhan masih berkenan bagi pada mereka. Mereka mengagumi Bait Allah bukan hanya karena keindahan bagunan fisiknya, tetapi karena hadirat Tuhan ada disana. Mereka memuji dan menyembah Allah, karena mereka tahu bahwa hanya Tuhanlah sumber kekuatan dan pertolongan mereka. Bahkan dikatakan bahwa “mereka berjalan makin lama makin kuat” (ay. 8) karena kekuatan Allah akan dinyatakan dalam hidup orang yang mengandalkan Tuhan. Itulah yang terjadi ketika saya kembali ke dalam hadirat Allah, pemulihan terjadi dalam kehidupan saya dan Tuhan menguatkan saya menghadapi segala tantangan yang menghampiri.

Pada ibadah ketiga, Pdt. Helen mengatakan bahwa orang yang mengenal Tuhan akan merasakan bagaimana penyertaan Allah dalam hidupnya untuk melewati setiap tantangan. Seperti yang Paulus alami, dalam 2 Timotius 4:6-8 dan ayat 16-18, ia memiliki iman yang aktif. Meski ia merasa sendiri, namun secara rohani ia merasakan bahwa Allah mendampinginya melewati segala tantangan yang menghimpit hidupnya.

Dari sini saya belajar, saya mungkin orang berdosa dan tidak layak berada di Bait Allah tetapi Tuhan melihat hati yang haus dan rindu akan hadirat-Nya. Bagi keluarga, hidup harus dijalani bersama. Orang tua adalah teladan hidup bagi anak-anaknya, setiap anggota harus memberikan perhatian satu sama lain, dan mau berproses bersama untuk memberikan kesaksian iman.

Jika saat ini anda sedang mengalami tantangan baik keluarga maupun pribadi, datanglah pada Tuhan karena semakin kita dekat dengan Tuhan semakin kekuatan Allah itu dinyatakan. (Via)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.