Ringkasan Khotbah Ibadah Minggu 5 Mei 2019

PERJUMPAAN YANG MEMULIHKAN

Kisah Para Rasul 9:1-20; Mazmur 30; Wahyu 5:11-14; Yohanes 21:1-19

Pdt. Yefta Setiawan Krisgunadi

Perjumpaan dengan Tuhan Yesus itu memulihkan ? Benar atau salah ?

Umumnya orang Kristen akan menjawab benar. Namun bagaimana realitanya ? Ternyata tidak sedikit orang Kristen yang mengalami keterpurukan dan tidak pulih. Ada juga orang yang mengalami kegagalan, patah semangat dan tidak pernah bangkit lagi. Ada lagi yg mengalami sakit dan tidak sembuh, sehingga frustrasi.

Mengapa bisa begitu? Bisa jadi orang-orang yang seperti itu, belum/tidak berjumpa dengan Tuhan. Malah mungkin menjauh dari Tuhan. Atau sebenarnya yang terjadi adalah Tuhan sudah menjumpai. Tuhan sudah berbicara. Tuhan sudah memberikan jawaban. Tetapi orang tersebut tidak mau pulih dan tidak mau menyembuhkan dirinya sendiri.

Ada kata-kata yang berbunyi :
“Setiap orang adalah penyembuh bagi dirinya sendiri.”

Orang yang demikian itu seumpama orang sakit yang sudah diberi obat, namun tidak mau meminumnya. Malah selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa penyakitnya itu pasti tidak bisa diobati dan disembuhkan. Akibatnya orang tersebut tidak mengalami kesembuhan karena tidak mau menolong dirinya sendiri.

Ada kisah seseorang yang selalu merasa berdosa, meskipun sudah berkali-kali memohon pengampunan Tuhan. Padahal Tuhan itu Mahapengampun dan berjanji mengampuni. Namun orang tersebut selalu merasa Tuhan tidak akan mengampuninya. Jadi benarlah orang tersebut harus menolong dirinya sendiri, dengan sungguh-sungguh percaya pada pengampunan Tuhan.

Dalam kisah Injil yang kita baca, Tuhan Yesus menampakkan DiriNya yang ketiga kali. Dan untuk kali ini Tuhan Yesus menampakkan DiriNya di ruang terbuka, yaitu tepi danau Tiberias (Galilea). Dua penampakan sebelumnya terjadi di ruang tertutup, karena murid-murid ketakutan pada orang-orang Yahudi. Ternyata penampakan Yesus yang pertama dan kedua itu memulihkan murid-murid. Walau belum pulih benar, murid-murid sudah berani untuk berada di tempat terbuka. Mestinya seperti inilah kita sebagai murid-murid Yesus. Kita mengalami kemajuan dalam iman dan pemulihan diri kita.

Tuhan Yesus yang bangkit dan menampakkan Diri kepada murid-murid ini adalah Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup untuk selama-lamanya.

Setelah kenaikanNya ke Surga, ternyata Tuhan Yesus masih menampakkan Diri. Dalam bacaan kita, Tuhan Yesus menampakkan Diri kepada Saulus. Dan Yesus memulihkan Saulus. Saulus yg dulunya tidak percaya kepada Yesus, ditemui oleh Yesus yang hidup itu. Perjumpaan tersebut, mengubah jalan hidup Saulus menjadi pengikut Yesus.

Selain kepada Saulus, Yesus juga menampakkan diri kepada Yohanes di pulau Patmos. Yesus bangkit pada tahun 33 M. Sementara Kitab Wahyu ditulis antara tahun 90 – 100 M. Jadi ada jeda 60-70 tahunan antara kebangkitan Tuhan Yesus dengan penampakkan DiriNya kepada Yohanes di pulau Patmos. Hal ini membuktikan Yesus adalah Allah yang hidup. Bukan Allah yang mati. Bahkan memiliki kuasa yang luar biasa, seperti yang dinyatakan dalam wahyu tersebut.

Yesus yang hidup ini telah berjanji untuk memulihkan hidup kita. Sehingga kita harus yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik kepada kita. Sebab, Ia adalah Allah yang hidup dan punya kuasa.

Persoalan berikutnya adalah maukah kita menolong diri kita sendiri? Apakah kita tidak mau mengambil tindakan untuk taat kepada Tuhan Yesus?

Bila kita tidak mau ambil tindakan, maka kita tidak akan menerima pertolongan Tuhan Yesus.

Dalam bacaan injil kita, kita melihat Yesus memulihkan Petrus. Barangkali di antara para murid, Petruslah yang paling memerlukan pertolongan. Petrus adalah orang yang begitu yakin tidak akan meninggalkan Yesus, malah menyangkal Tuhan Yesus. Dan Injil mencatat Petrus menangis dengan sedihnya setelah menyangkal Yesus. Namun Petrus adalah orang yang mau menolong dirinya sendiri. Petrus selalu ada bersama-sama dengan murid-murid lainnya. Malah Tomas yang pernah tidak ada bersama murid-murid yang lain. Pelajaran bagi kita adalah jangan meninggalkan persekutuan supaya semangat kita selalu hidup. Bara kita senantiasa hidup. Bila kita tidak ada dalam persekutuan, kita tidak akan memperoleh kekuatan. Ketika Tuhan hadir untuk menguatkan, kita tidak ada di sana.

Bahkan di dalam Injil ini, Petrus malah secara khusus dijumpai oleh Tuhan Yesus. Petrus diajak berdamai dengan dirinya sendiri oleh Yesus. Petrus ditanyai oleh Tuhan Yesus tiga kali. Sama seperti Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Kemudian Tuhan Yesus memulihkan Petrus dengan cara memberikan tanggung jawab yang luar biasa, yaitu menggembalakan domba-dombaNya. Ini adalah bentuk pemulihan yang luar biasa. Tidak sekadar dengan kata-kata, tetapi memberi kepercayaan. Petrus yang pernah bersalah, kembali dipercaya dan diberi tugas besar.

Kesaksian pribadi :

Saya (Pdt Yefta) pernah mengalami serangan jantung di tahun 2016. Saya sempat merasa sangat kecewa, karena di usia yang masih muda terkena serangan jantung. Tetapi sekarang, kekecewaan itu sudah tidak ada. Itu artinya, saya mengalami pemulihan.

Waktu itu, saya membawa kekecewaan dan segala pergumulan saya pada Tuhan dalam doa.

Saya ditolong juga oleh pemahaman yang selalu saya pegang, yaitu: jika Tuhan mengijinkan sesuatu terjadi, Ia pasti mempunyai maksud yang baik. Selain itu saya juga berusaha menolong diri saya sendiri. Saya membangun pola hidup sehat, berolah raga teratur dan makan sehat. Saya sempat merasa benar-benar sehat dan pulih.

Namun kemudian kekecewaan datang kembali. Walau sudah berusaha menjalani pola hidup sehat dan terus berdoa agar pulih, tetapi saat saya treadmill, ternyata perawat dan dokter menemukan keadaan jantung saya tidak bagus, bahkan diragukan untuk bisa menjalani treadmill. Akhirnya, dokter berani memutuskan untuk dilakukan treadmill, tetapi dimulai dari level yang paling rendah. Namun ternyata hasilnya tidak buruk. Saya berada pada level “bisa melakukan pekerjaan berat”. Hanya satu tingkat di bawah level “bisa melakukan pekerjaan sangat berat”. Dengan kondisi jantung yang dibilang tidak bagus, namun bisa mencapai level seperti itu, bagi saya itu penghiburan yang luar biasa.

Rupanya hal serupa terulang lagi dalam pemeriksaan treadmill bulan lalu. Perawat dan dokter sama-sama ragu untuk memulai treadmil ketika melihat kondisi jantung saya yang ditampakkan pada monitor pemeriksaan. Namun setelah ditunjukkan hasil treadmil sebelumnya, dokter memutuskan untuk treadmill dilakukan. Dan ternyata hasilnya secara fisik saya lebih baik dari pemeriksaan sebelumnya.

Dalam refleksi saya agaknya Tuhan meminta saya berdamai dengan kondisi diri sendiri. Tuhan memberikan pemulihan kepada saya dengan memberikan kekuatan kepada saya. Tuhan tidak menyembuhkan penyakit jantung saya. Kondisi jantung saya dibilang tidak bagus, namun nyatanya saya bisa melakukan pekerjaan yang berat. Saya berpikir dan merenung, itulah yang sesungguhnya terjadi dalam hidup saya sehari-hari, bukan hanya pada saat treadmil. Dan itu saya pahami sebagai setiap hari sesungguhnya Tuhan membuat mukjizat dalam kehidupan saya. Jadi, Tuhan memulihkan saya dengan memberikan kekuatan, bukan kesembuhan.

Dalam refleksi saya, saya sekarang ini mempunyai satu lagi kelemahan. Tetapi saya juga mempunyai Tuhan yang hidup. Tuhan yang memberikan kekuatan dalam pelayanan dan hidup saya. Sehingga ketika saya nanti dapat menyelesaikan tugas pelayanan saya, dan harapan saya bisa hingga emeritus, saya akan selalu ingat, dan berkata : “Ini karena Tuhan. Ini karena kekuatan yang Tuhan berikan.”

Sama seperti Petrus, kita harus membuka diri dan mendekat kepada Tuhan. Kita juga harus mau menolong diri kita sendiri. Kalau kita mau menolong diri kita sendiri, maka pertolongan Tuhan akan nyata bagi kita.

Amin.

Disarikan dari Khotbah ibadah GKI Salatiga, hari Minggu, 5 Mei 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.