Ringkasan Khotbah Ibadah Minggu 16 Desember 2018 (Adven 3)

BERKARYA DENGAN KUDUS DAN GEMBIRA

Zefanya 3:14-20; Yesaya 12:2-6; Filipi 4:4-7 dan Lukas 3:7-18

Pengkhotbah : Pdt. Yefta Setiawan Krisgunadi

Perasaan gembira atau kegembiraan kerja memiliki peranan yang sangat penting dalam bekerja. Pekerjaan yang berat sekalipun akan terasa ringan bila dikerjakan dengan gembira. Dan sebaliknya pekerjaan ringan akan terasa berat dikerjakan bila dilakukan dengan tidak senang hati atau jengkel. Kegembiraan memiliki peranan penting dalam membangun motivasi. Motivasi rendah akan membuat kualitas kerja menjadi rendah. Dan sebaliknya motivasi kerja yang tinggi akan menghasilkan kualitas kerja yang tinggi.

Konon, petani Meksiko dikenal pandai menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Sepanjang hari mereka bekerja sambil bernyanyi. Namun apakah cukup dengan bernyanyi saja, suasana hati menjadi gembira? Atau, mungkin dengan membuat suasana kerja dan tempat kerja yang nyaman? Atau, kita memerlukan sesuatu yang lain untuk memiliki kegembiraan ?

Selain perihal kegembiraan, tema kita mengangkat juga mengenai kekudusan kerja. Untuk memahaminya, mari kita cermati bacaan Injil kita tentang Yohanes Pembaptis yang menyuarakan pesan ilahi, tentang pertobatan. Intinya, pertobatan kita harus tampak dalam perubahan hidup yang nyata dalam keseharian kita.

Di dalam Injil tersebut dikisahkan ada yang bertanya apa yang harus diperbuat. Yohanes menjawab dengan hal berbagi makanan dan pakaian. Ini adalah dua contoh dari sekian banyak hal dari kehidupan sehari-hari yang bisa kita lakukan dalam pertobatan. Bagi Yohanes pertobatan berarti hidup yang tidak egois, tidak mementingkan diri sendiri dan mau berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Buah pertobatan ini harus nyata dan bisa dirasakan oleh orang lain.

Selain itu Yohanes juga memberikan nasihat kepada orang-orang yang bekerja, yaitu pemungut cukai dan prajurit. Mereka mengajukan pertanyaan yang sama, apakah yang harus diperbuat. Para pemungut cukai diminta untuk tidak menagih lebih banyak dari yang seharusnya.

Pemungut cukai merupakan pekerjaan yang dianggap sebagai pengkhianat bangsa, karena menjadi kaki tangan Romawi yang adalah penjajah bangsanya. Sehingga mereka tidak disukai oleh masyarakat, bahkan dianggap sebagai pendosa. Bila kondisinya demikian, apakah pemungut cukai bisa melakukan pekerjaannya dengan gembira? Mungkinkah dengan dicap pendosa, mereka dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan gembira ? Dan belum tentu mudah juga bagi mereka untuk berganti pekerjaan.

Bagaimana dengan kita bila ada di posisi seperti pemungut cukai ? Apakah kita akan berganti pekerjaan yang dinilai lebih mulia ? Yang menarik dari sikap Yohanes Pembaptis, dia tidak meminta mereka berganti profesi. Dia hanya meminta mereka tidak menagih lebih dari yang seharusnya. Intinya jangan melalui pekerjaanmu membuat orang lain menjadi menderita.

Coba kita merefleksikannya pada diri kita. Apakah kita ada dalam posisi seperti pemungut cukai yang memperkaya diri sendiri dengan memeras orang lain? Mungkin kita bukan pemungut cukai, namun apakah yang kita kerjakan membuat orang lain sengsara dan menderita? Nasihat Yohanes Pembaptis datang kepada kita untuk bertobat. Oleh karena itu bertobatlah di dalam profesi kita!!

Kepada para prajurit, Yohanes menasihatkan mereka supaya tidak merampas dan memeras dengan menggunakan kewenangan mereka, tetapi mencukupkan diri dengan gaji mereka. Yohanes tidak meminta mereka berhenti jadi tentara, meskipun mereka adalah tentara dari penjajah Romawi atau raja (boneka) Herodes. Yohanes tidak meminta mereka meninggalkan profesinya, tetapi meminta mereka bekerja dengan baik, mencukupkan diri dengan gaji mereka, dan tidak memeras orang lain, serta sesuai tugas mereka, menjaga ketertiban, keamanan, dan melindungi warga.

Nasihat Yohanes tidak hanya datang kepada kedua profesi di atas. Tetapi juga kepada kita di dalam profesi (juga: jabatan, pekerjaan, peran, dan tanggung jawab) kita masing-masing, mungkin sebagai pedagang, pendidik, polisi, tentara, hakim, pengacara, PNS, pimpinan perusahaan, karyawan, mahasiswa, siswa, dan lain-lain. Di dalamnya kita diingatkan bahwa di dalam profesi kita, bisa terselip dosa. Kasus dosa ini banyak contohnya, misalnya manipulasi laporan keuangan, korupsi, membela yang bayar dan bukan yang benar, melakukan pelecehan, dan sebagainya. Bila ada dosa yang kita lakukan di dalam profesi kita tersebut, maka kita harus waspada dan bertobat. Kita tidak harus berhenti dari pekerjaan kita. Tetapi kita harus bekerja dengan kudus, yaitu dengan membuang dan melepas dosa-dosa tersebut.

Kita tidak harus berhenti dari profesi kita, kecuali kalau profesi kita memang profesi berdosa seperti perampok, penipu atau pembunuh bayaran. Bila demikian kita harus berganti profesi.

Namun pada umumnya kita tidak perlu berganti profesi. Kita hanya perlu menguduskan pekerjaan kita, baik dengan tidak menyalahgunakan profesi kita, tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan, tidak menindas orang lain dan mencukupkan diri dengan pendapatan kita. Dengan melepaskan dosa-dosa tersebut akan mendatangkan sukacita dan kegembiraan dalam kita, karena kita akan memiliki hati yang damai dan tenang. Namun kalau kita tetap melakukan dosa, kegembiraan kita akan lenyap, karena kita akan berada dalam ketakutan; ada kekuatiran dan kecemasan dosa itu suatu saat terbongkar, dan hati menjadi tidak damai.

Bahkan ada peringatan dari Yohanes, bila tidak bertobat, kapak sudah disiapkan dan diayunkan kepada pohon yang tidak menunjukkan buah pertobatan. Dengan demikian kita tidak bisa tenang, karena terancam oleh hukuman.

Oleh karena itu bertobatlah. Pertobatan mendatangkan kegembiraan dan kesukacitaan. Itu yang tergambar juga dalam bacaan kitab Zefanya tadi.

Firman Tuhan mengingatkan, pertobatan itu menguduskan, serta mendatangkan sukacita dan kegembiraan, dalam kita hidup dan berkarya; sukacita dan kegembiraan yang lebih yang bisa dihadirkan dari sekadar kita bernyanyi saat bekerja, atau dari membuat suasana dan tempat kerja yang nyaman.

Hari ini kita memasuki Minggu Adven ketiga yang adalah minggu sukacita. Kedatangan Tuhan Yesus semakin dekat. Di satu sisi kita harus bersukacita dan bergembira. Namun di sisi lain kita harus waspada dan mawas diri terhadap dosa-dosa. Kita harus berjaga-jaga, dan melakukan pertobatan apabila kita melakukan dosa. Dengan demikian akan mendatangkan kekudusan dan hati kita akan dipenuhi sukacita dan kegembiraan.

Selamat berkarya dalam kekudusan dan kegembiraan. Amin.

Disarikan dari khotbah Minggu Adven III GKI Salatiga tanggal 16 Desember 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.